Wednesday, August 16, 2017

MENGARTIKAN ARTI KEMERDEKAAN

                                     


               Indonesia genap berumur 72 tahun, tidak mudah meraih kemenangan dan kebebasan untuk menghirup udarah di tanah air sendiri. Para pejuang mempertaruhkan nyawanya untuk merebut hak-haknya yang telah lama diambil oleh penjajah. Deraian air mata sudah biasa keluar dari mata pejuang-pejuang Indonesia. Penindasan, pemerkosaan, mengambil secara paksa hak-hak yang seharusnya milik rakyat, bahkan nyawa rakyat tidak ada harganya.
            72 tahun sudah Indonesia menghirup udara kemerdekaan, tapi masih terasa hidup di tahun sebelum merdeka, bukan Belanda, bukan Jepang, bahkan bukan Protugis yang menjanjah Bangsa ini, akan tetapi para koruptor-koruptor yang tidak amanah dengan tugas yang dibebankan kepada mereka. Mereka hanya memikirkan perut dan hawa napsu, tanpa melihat kesekeliling mereka. Rakyat menjadi bodoh karena kelicikan mereka, dengan tipu daya yang mereka terapkan untuk menyakinkan rakyat, bahwa mereka benar. 1000 dibanding 1, banyak omong kosongnya dari pada benarnya.
            Kalau ada pemimpin yang amanah, yang memikirkan rakyat kecil, yang perduli dengan isi hati rakyat kecil, para penikmat madu langsung berontak, omong sana- omong sini, menyebarkan berita yang tidak akurat, mencari teman untuk menentang kepada para pemimpin yang tidak sejalur dengan keinginan mereka. Rakyat kecil menjadi korbanya, rakyat dibikin bingung dan bimbang. Para koruptor tidak suka kalau ada pemimpin yang setia kepada rakyat dan memikirkan kesejahteraan rakyat kecil. Mereka berusaha dengan segala cara untuk menumbangkan kekuasaan yang sudah berjalan.
            Negara yang besar dengan kemajemukan manusianya dan beragam suku, agama, ras, bahasa dan banyak tempat yang menghasilkan sumber daya alam, dimana Negara lain tidak memiliki. Negara lain suka cemburu dengan Indonesia, mereka kepingin negaranya seperti Indonesia, beragam- ragam tetapi bisa hidup berdampingan. Hal- hal seperti ini yang jarang disadari oleh para penikmat madu yang kerjaannya hanya omong kosong. Situasi yang kayak gini yang sering dimanfaatkan oleh Negara lain untuk masuk menguasai aspek-aspek penting di Indonesia, contohnya sudah banyak sumber daya alam yang dikuasai oleh Negara lain tanpa ada perlawanan yang kuat, karena Negara lain tahu bahwa banyak orang-orang yang suka madu tanpa susah-susah meraihnya.
            Kapan Indonesia dikendalikan oleh pemimpin yang amanah dengan didukung oleh orang-orang yang mendukungnya, rakyat kecil selalu berdoa agar Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang amanah dan memperhatikan nasip rakyat kecil, tidak saling menyalahkan satu sama yang lain, rakyat hanya berharap supaya para pemimpin bergotong royong membangun Indonesia satu, Indonesia yang berdaulat, Indonesia yang jaya, Indonesia yang makmur, Indonesia yang tidak dipandang sebelah mata oleh Negara lain. Rakyat siap membantu pemerintah untuk meraih kesejateraan bersama.
            Karena dengan kebersamaan kita bisa kuat, tanpa memandang asal-usul dan RAS. Kita hidup dengan satu atap, satu tujuan, satu cita-cita, untuk mewujudkan Indonesia satu dari sabang sampai merauke. Indonesia satu dengan adanya manusia yang amanah dan cinta tanah air. 72 tahun banyak kisah yang menyenangkan dan menyedihkan, jangan memandang kegagalan tetapi pandang kedepan untuk generasi muda. Bangsa yang kuat karena adanya generasi muda yang unggul yang cinta sama tanah air.
            Mari sisingkan lengan baju kita untuk gotong royong membangun Indonesia satu. Indonesia tidak bisa besar tanpa bantuan dari orang-orang yang amanah. Tanamkan hati kita buat Indonesia, mari kita saling bergandengan tangan, saling perduli, saling membantu, cintailah tanah kita Indonesia, rawatlah tanah kelahiran kita Indonesia, jagalah milik kita Indonesia. AKU INDONESIA, AKU PANCASILA, AKU UUD 1945, Dirgahayu indonesiaku, kau tetap jaya seperti Garuda, terbang tinggi mengapai cakrawala, kami siap menjaga keutuhan NKRI. Merdeka, Merdeka, Merdeka, semangatmu tidak pernah pudar walaupun ditelan zaman. 

No comments:

Post a Comment