Sunday, February 12, 2017

KERAJAAN BESAR YANG LUPA JATI DIRINYA


Aku di lahirkan di tanah yang subur, di tempat aku di lahirkan di sebuah desa yang begitu indah dan sejuk, aku terlahir dari sepasang orang tua yang dulu tidak saling kenal, dengan acara adat mereka saling kenal dan terlahirlah aku. Orang tuaku mengasuhku dengan kasih sayang dan perhatian yang penuh kepadaku, mereka rela melakukan apapun demi menyenangkan aku, kami hidup sederhana namun semua kecukupan, sampai-sampai tetangga dari orang tua pada iri sama keluargaku. Orang bilang aku berasal dari keluarga serba ada, memang orang tuaku mengabdi pada kerajaan sudah lama, para petinggi kerajaan suka kinekerja orang tuaku yang amanat. Pernah ada seorang temen orang tuaku bertamu ke rumah, orangnya kelihatan rapi dan mentereng. Di irirngi dengan pengawal yang badannya besar-besar, pertama kali temen orang tuaku berbicang-bincang biasa aja, karena rumahku tidak begitu besar, jadi pembicaraan mereka begitu jelas, waktu itu ibuku sama saudaraku dan aku berada di ruangan sebelahan dengan ruang tamu, temen orangtuaku lama kelamaan berbicara serius, kali ini temen orangtuaku menawarkan pekerjaan besar dengan imbalan besar pula, dan orang tuaku bertanya sama temennya” pekerjaan apa yang akan kamu tawarkan ke aku?, temen orangtuaku memjawab: tentu pekerjaan ini sedikit berbahaya,karena kalau kamu ketahuan oleh pihak kerajaan kamu akan di tangkap, lalu orang tuaku merenung sejenak dan sedikit bertanya-tanya, “ apa pekerjaan nya ? Tanya orang tuaku lagi. Temen orang tuaku dengan tersenyum sinis, tenang sobatku, kau pasti akan senang bila mendapatkan upah nanti, jawab temen orang tuaku. Ok sekarang jangan berbelit-belit dan bikin aku tambah penasaran, ayahku berkata, aku dan keluargaku sedikit takut, suasananya membuat ruang yang kita huni panas. Akhiranya temen ayahku berbicara: begini sobatku, satu minggu lagi ada pembangunan besar-besaran dari kerajaan, raja kita mau membuat sekolah- sekolah dan tempat beribadah dan masih banyak rencana- rencana yang akan raja buat, maksud aku, raja sekarang lagi mencari orang yang bisa mengelolah dana pembangunan tersebut, kata temen ayahku. Terus apa hubungannya dengaku? Ayahku bertanya. kita akan maju berdua ke raja, kita akan berbincang- bincang dengan raja, karena aku tau kamu bisa di percaya, jawab temen ayahku. Terus ayahku berkata: berarti kamu tidak bisa di percaya, cetus ayahku pada temenya. Ayahku sudah lama kenal sama temen nya ini, dia kurang bisa di percaya dan suka bohong. Makanya ayahku meminta temennya untuk memberi waktu berpikir. Aku ingat ayahku pernah berbicara sama aku, orang-orang yang mengabdi sama raja tidak semua dapat di percaya, kamu jangan seperti mereka yang tidak bisa di percaya, kita hanya mengabdi sama raja untuk kerajaan, supaya kerajaan kita bisa makmur dan kuat, kerajaan kita sangat besar dengan penduduk yang padat, kekayaan alamnya tidak bisa habis sampai tujuh turunan, belum lagi tanah kerajaan kita sangat subur, akan tetapi kerajaan kita kualahan dan hampir-hampir tidak bisa membendung orang- orang yang bermain di belakang raja. Ayahku terus bercerita soal kerjaan ini. Anaku, ayahku melanjutkan pembicaraannya, kelak kalau kau sudah dewasa, jadilah diri kamu sendiri, pegang teguh amanat yang di embankan, lindungi keluargamu dari pendusta- pendusta, dekatkan dirimu pada yang mempunyai alam semesta, pergaulilah orang-orang di sekitarmu dengan baik, lanyanilah mereka dengan hati, jangan pernah menerima sepeserpun dari mereka, sumbangkan tenaga, pikiran, harta, bahkan nyawamu untuk kerajaan ini. Biar Sang pencipta tahu apa yang kamu lakukan dalam hidupmu. Sambil meneteskan air mata ayahku terus bercerita, anakku, ayahmu sudah menguras semuanya demi kerajaan kita, ayah berjuang merebut kekuasaan dari kerajaan yang menjajah kerajaan kita, temen-temen kita banyak jadi korban dari penjajah, mereka merampas kebebasan kita, mereka memberi kerajaan kita kebodohan, banyak penghuni kerajaan yang berhianat sama raja, karena mereka takut mati. Raja kita sudah empat kali berganti, karena mereka di siksa oleh penjajah, kami tak pernah menyerah untuk merebut kembali harga diri kami, kami tidak gentar dengan penjajah, kami hanya takut dengan ketidak adilan. Waktu berjalan sampai kita tidak terasa malam tiba. Akhirnya ayahku menyuruhku pergi tidur, kita lanjutkan cerita ayah lain kali, ayahku berkata. Iya ayah, terimakasih atas ceritanya,aku menjawab. Lalu aku berjalan ke tempat tidurku, sebelum aku tidur, aku mencoba mengingat- ngingat pesan ayahku, dan dalam hatiku berkata” aku harus berantas orang-orang yang berkepala dua”. Kerjaanku besar tapi berhati kerdil, para pembesar hanya suka membesarkan perut mereka, tanpa menghiraukan sekiling mereka yang masih perlu makan enak. Mereka membangun istana yang memakan tanah kerajaan, dengan dalih macam-macam, mereka berani melawan hukum, mereka bilang” hukum di kerajaan ini hanya untuk di langgar bukan untuk di taati”.
Rakyat jelata sering jadi korban dari keserakahan mereka. Aku masih ingat ketika ayahku mengajaku ke kerajaan atas undangan raja, di situ para pejabat berkumpul, dan mejanya di penuhi makanan-makanan yang super nikmat, minuman-minuman yang macam-macam. Sampai aku bingung harus makan dan minum yang mana. Dan setelah jamuan makan selesai kami pindah tempat ke santai di luar, aku di tinggal sama ayahku, di situ aku lihat sisa makanan yang belum di makan, para pembersih membuangnya, aku berlari menghampiri salah satu pembersih dan bertanya” paman kenapa kau buang makanan yang lezat ini? Pembersih berkata” iya aden, kita tidak boleh membawa pulang atau memakanya. Kenapa tidak memberikan kepada penduduk yang membutuhkan? Tanyaku lagi. Karena, sang patih tidak memperbolehkan nya” kata pembersih. Apakah ini sering terjadi paman? Tanyaku. Iya aden, jawab pembersih. Paman pernah membawa pulang makanan yang belum di makan oleh para pejabat, paman akan kasihkan kepada tetangga paman yang kurang mampu. Akan tetapi para pengawal mengetahuinya, akhirnya makanan tadi di mintak, pembersih bercerita. Ok paman terimakasih, aku berkata, sama-sama aden. Setelah itu aku pergi menghampiri ayahku, aku lihat di sekiling kerajaan, begitu banyak penjabat kerajaan berkumpul, mereka mengenakan pakian yang begitu mewah, dan para tamu undangan dari kerajaan sebelah juga demikian. Mungkin kalau aku menceritakan dalam tulisanku, tidak cukup satu tahun menulis, karena begitu banyak problematika kerajaanku, mulai soal bahan makanan, soal kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, kesenian, agama, dan lain-lain. Perlu aku tekankan di tulisanku, aku perlu kenyataan bukan kata-kata yang menghibur. Terimakasih. Mohon maaf bila ada tulisan ini menyinggung. Saya berdoa semoga kerajaan ku mendapatkan pemimpin-peminpin yang amanat, membelah yang lewah, mengutamakan kepentingan kerajaan.


No comments:

Post a Comment