Sunday, February 5, 2017

KOTA 1000 LUBANG

Sepanjang jalan yang kulewati, sepanjang jalan terkelupas, sepanjang mata memandang hanya bentangan benjolan-benjolan yang tidak rata. Perjalanan yang kutempuh tidak membutuhkan waktu 100 tahun lamanya, perjalananku hanya membutuhkan kesabaran dan kejujuran. Mungkin banyak dari kalian mengira perjalananku membutuhkan bantuan orang lain. Setiap yang ku lewati tidak perlu memacu kakiku berlari cepat, tetapi pikiranku menyuruh kakiku untuk melompat atau memilih jalan yang aman. Ketika matahari menemaniku, aku tak kuatir melihat kedepan, karena aku bisa melihat dengan jelas dan bisa menentukan arah tujuanku. Tetapi  kalau matahari sudah pulang dan temenku rembulan menggantikan nya, maka aku harus extra hati-hati dengan kakiku. Karena bulan tak bisa memberi sinar yang terang seperti matahari, pikiranku harus menyuruh mataku untuk lebih hati-hati, di sekelilingku banyak jalan-jalan terkelupas, aku pernah pulang hanya di temani hujan rintik-rintik, waktu itu bulan sedang malas muncul.
Aku berjalan menelusuri jalan yang sering aku lewati, tak terasa aku terkejut ketika kakiku menginjak jalan yang terkelupas, mungkin aku terlalu cepat berjalan atau mungkin aku terlalu menikmati jalan malam dengan di temanin rintik-rintik hujan, untung kakiku tidak keseleo, tapi tak jauh dengan tempat aku menginjak jalan yang terkelupas kira-kira jarak 300meter, aku kejebak lagi dengan jalan terkelupas, kali ini lumanyan besar lubang yang aku injak di banding yang pertama, hampi-hampir aku terjatuh, tapi syukur aku tidak apa-apa. Tetapi ada seseorang yang terjebak di lubang yang di mana aku terjebak tadi, kali ini orang itu terjatuh ke bahu jalan, untungnya banyak tangan yang dermawan menolongnya. Sesampai aku di tempat aku bersandar, aku istirahatkan sejenak pikiranku dan badanku, mataku memandang kosong ke atap langit-langit teras, dalam hatiku berkata” Tuhan masih melindungiku”. Aku terus berfikir dan berkata dalam hati” apakah tidak ada yang perduli dengan jalan yang terkelupas? Apakah harus menunggu Tuhan  menegurmu wahai orang-orang yang duduk di kursi nikmat? Tolong sejenak kalian keluar dan lihat apa yang terjadi di kotamu, aku hanya bisa berharap besar kepada Tuhanku supaya membuka hati mereka untuk memperbaiki jalan yang terkelupas sepanjang Kota. Karena banyak kaki-kaki yang patah bahkan tubuh-tubuh yang memar karena jalan terkelupas. Kita tidak ingin tubuh kita terhempas ke langit menatap wajah Tuhan karena jalan terkelupas. Aku sudah percaya dan bahkan terlalu percaya kepada orang-orang yang menikmati nikmat, kini saatnya untuk membuktikan kepada orang-orang yang mencari nikmat. Terimakasih atas waktunya untuk membaca sedikit coretan, mohon maaf apabila dari tulisan ini ada kata-kata yang menyudutkan salah satu dari pembaca, memang tujuannya saling mengingatkan, supaya kita jangan terlalu terlena.

No comments:

Post a Comment