Thursday, December 29, 2016

AKU BERSANDAR DI TEPI JURANG

                                     
Tak sadar kakiku melangkah meninggalkan Terangmu, tanganku membersihkan ranting-ranting yang berserakan mengganggu langkahku, mataku mengawasi sekitar jalan setapak yang aku pijak, pikiranku mengajakku terus melangkah meninggalkan Terangmu, jangan pernah menoleh belakang,” pikiranku berkata,” terus langkahkan kakimu, hentakkan yang kuat,” pikiranku terus menyemangatiku. Tubuhku terasa lelah, tak kuat lagi rasanya aku melangkah, ingin rasanya berhenti dari semua ini, tapi…..aku tak punya kekuatan melawan pikiranku. Aku terus melangkah walau tak tau kemana arah tujuanku, dalam langkahku aku mendengar bisikan di telingaku, pelan tapi pasti dan bermakna. Suara itu berkata,” hentikan langkamu kalau kau mau Terangmu kembali,” suara itu terus mengaung- ngaung di telingaku aku merasa ada peperangan yang dahsiat antara pikiranku dengan suara yang membisikan di telingaku. Mereka berperang tanpa menghiraukan tubuhku yang semakin tak berdaya, hentakan kakiku terus membawaku ke tempat di mana aku seperti asing tetapi meyenangkan, banyak suara-suara yang mengajakku ,” kemari, kemari, kemari, mengandeng tangan yang sudah lusuh ini. Aku hanya bisa mengiyakan mereka mengandeng tangan sebelah kiriku, aku di bawa ke tempat yang asing tapi menghibur. Di sisi lain pikiranku dengan suara tadi masih berperang, suara tadi berteriak keras di daun telingaku,” pergi jauh dari tempat ini, pergi…… pergi…., kalau kau mau terangmu kembali. Seakan aku menghentikan langkahku dan melepas tangan kiriku dari gandengan tangan mereka, lalu mereka berkata,” kenapa kau lepaskan tanganmu?, aku hanya membisu, ku kunci mulut ini biar mereka tidak mengetahui apa yang terjadi. Aku berusaha membalikan tubuhku ke arah semula aku dating, di sana mataku menatap cahaya kecil masuk persis di pintu di mana aku pertama menglangkah. Walaupun terasa berat langkahku berbalik, tetapi kupaksa mereka menuruti perintahku,” jangan kau melawan perintahku, kalau kau tidak mau celaka,” ku berseruh ke tubuhku yang semakin rapuh. Akhirnya kusampai kearah di mana cayaha itu berada. Cahaya itu membawaku ke tempat yang tidak asing bagiku, semakin lama semakin ku kenali mereka. Mereka tersenyum dan bahagia, di depanku sosok terang benderang menyambutku dengan dekapan yang hangat, seolah-olah tidak mau melepas tubuhku. Terang berbisik di telingaku,” jangan pernah kembali ke tempat itu lagi,”. Akhirnya tubuhku dan pikiranku mau hidup bahagia dengan terang benderang. Hidupku sekarang jelas tujuan dan pasti. Terimakasih Terang kau telah menyelamatkanku dari kegelapan.

No comments:

Post a Comment