Tak sadar kakiku melangkah
meninggalkan Terangmu, tanganku membersihkan ranting-ranting yang berserakan
mengganggu langkahku, mataku mengawasi sekitar jalan setapak yang aku pijak,
pikiranku mengajakku terus melangkah meninggalkan Terangmu, jangan pernah
menoleh belakang,” pikiranku berkata,” terus langkahkan kakimu, hentakkan yang
kuat,” pikiranku terus menyemangatiku. Tubuhku terasa lelah, tak kuat lagi
rasanya aku melangkah, ingin rasanya berhenti dari semua ini, tapi…..aku tak
punya kekuatan melawan pikiranku. Aku terus melangkah walau tak tau kemana arah
tujuanku, dalam langkahku aku mendengar bisikan di telingaku, pelan tapi pasti dan
bermakna. Suara itu berkata,” hentikan langkamu kalau kau mau Terangmu
kembali,” suara itu terus mengaung- ngaung di telingaku aku merasa ada
peperangan yang dahsiat antara pikiranku dengan suara yang membisikan di
telingaku. Mereka berperang tanpa menghiraukan tubuhku yang semakin tak
berdaya, hentakan kakiku terus membawaku ke tempat di mana aku seperti asing
tetapi meyenangkan, banyak suara-suara yang mengajakku ,” kemari, kemari,
kemari, mengandeng tangan yang sudah lusuh ini. Aku hanya bisa mengiyakan
mereka mengandeng tangan sebelah kiriku, aku di bawa ke tempat yang asing tapi
menghibur. Di sisi lain pikiranku dengan suara tadi masih berperang, suara tadi
berteriak keras di daun telingaku,” pergi jauh dari tempat ini, pergi……
pergi…., kalau kau mau terangmu kembali. Seakan aku menghentikan langkahku dan
melepas tangan kiriku dari gandengan tangan mereka, lalu mereka berkata,”
kenapa kau lepaskan tanganmu?, aku hanya membisu, ku kunci mulut ini biar
mereka tidak mengetahui apa yang terjadi. Aku berusaha membalikan tubuhku ke
arah semula aku dating, di sana mataku menatap cahaya kecil masuk persis di
pintu di mana aku pertama menglangkah. Walaupun terasa berat langkahku
berbalik, tetapi kupaksa mereka menuruti perintahku,” jangan kau melawan
perintahku, kalau kau tidak mau celaka,” ku berseruh ke tubuhku yang semakin
rapuh. Akhirnya kusampai kearah di mana cayaha itu berada. Cahaya itu membawaku
ke tempat yang tidak asing bagiku, semakin lama semakin ku kenali mereka.
Mereka tersenyum dan bahagia, di depanku sosok terang benderang menyambutku
dengan dekapan yang hangat, seolah-olah tidak mau melepas tubuhku. Terang
berbisik di telingaku,” jangan pernah kembali ke tempat itu lagi,”. Akhirnya
tubuhku dan pikiranku mau hidup bahagia dengan terang benderang. Hidupku
sekarang jelas tujuan dan pasti. Terimakasih Terang kau telah menyelamatkanku dari
kegelapan.
No comments:
Post a Comment