Add caption |
Bapak adalah seorang yang aku kenal sejak kecil. Setelah aku
terlahir ke dunia, aku hanya bisa mendengar suara di sekitarku dan merasakan
sentuhan lembut dari si penjagaku. Aku hanya bisa menangis mintak di sentuh dan
mintak ibuku menyusui aku. Aku bagaikan raja pada waktu itu, aku tak
menghiraukan apa yang terjadi di sekitarku, aku tak peduli walau sang penjagaku
sudah lesuh dan tak berdaya, tapi memaksa mereka untuk menjagaku. Dua bulan
sudah aku beranjak, aku mulai bisa menatap remang-remang orang –orang di sekelilingku. Walau masih
belum jelas namun tubuh ini semakin bisa merasakan sentuhan orang-orang yang
menjagaku, terkadang lembut, terkadang kasar waktu menyetuhku. Tapi itu semua
tak kuhiraukan sampai aku benar-benar bisa melihat, waktu itu sosok perkasa
mengajakku bermain, wajahnya yang dulu hanya bisa aku rasakan sentuhannya,
sekarang aku bisa melihat dengan mata indraku sendiri, yang dulu aku hanya bisa
mendengar suaranya dan membuat aku bertanya-tanya, suara siapa ini? Kini aku
bisa mengenalinya. Tatapanya begitu tajam dan tangannya begitu kekar wajahnya
garang tapi bermakna. Dia selalu memberiku mainan, walau aku tidak begitu
mengerti , apa dan untuk apa mainan itu. Dia juga yang membersihkan kotoran
yang menempel di badanku tanpa jijik, tanpa menghiraukan kedaan siang atau
malam, walau dia seharian menafkahi keluargaku, tetepi sosok bapak masih
mengutamakan keluarga. Setelah aku beranjak dewasa, sosok bapak masih sabar
menemaniku, menjagaku, merawatku, mendidikku, supaya jadi manusia tangguh. Bapak
membantuku menjadi seorang yang perkasa, siap menghadapi tantangan, kau berikan
kasih sayangmu secara tulus tampa pamrih, kau peras keringatmu agar keluargamu
bisa tetap menatap indahnya dunia, kau tidak malu walau sekelilingmu bicara
seperti gelegarnya halilintar, kau tetap
semangat menerjang badai di hadapanmu,
debu yang menempel di tubuhmu tak pernah hilang walau air hujan mengguyur. Bapak
kaulah pahlawanku, kaulah pahlawan keluarga, kau satukan kami dengan
semangatmu, cintamu tak pernah pudar, walaupun badanmu di telan bumi. Bapak tidak
terasa sudah kau meninggalkan aku, waktu berjalan dengan cepat, 12 tahun begitu
cepat pergi, tapi semangatmu masih aku rasakan, sentuhanmu masih terasa di
dekapku. Bapak bibir ini selalu
melawatkan doa-doa buat mu. Bapak, tidur yang nyenyak di tempat yang indahmu,
aku akan menjaga keluarga kita, selalu ingat pesan-pesanmu. Bapak , hidup ini
singkat dan kita semua akan seperti yang kau alami. Surga menantimu. Jangan takut
soal kami, aku aku akan meneruskan cita-citamu. Rasakan di hatimu secebis
kasihku yang kian merinduimu biar kau tiada di mataku tapi kau bersama penciptaku
juga penciptamu yang menjanjikan pertemuan mu dengan ku di surga milik Yang
satu.
No comments:
Post a Comment