Thursday, January 12, 2017

Bapak seorang pahlawan

Add caption
Bapak adalah seorang yang aku kenal sejak kecil. Setelah aku terlahir ke dunia, aku hanya bisa mendengar suara di sekitarku dan merasakan sentuhan lembut dari si penjagaku. Aku hanya bisa menangis mintak di sentuh dan mintak ibuku menyusui aku. Aku bagaikan raja pada waktu itu, aku tak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarku, aku tak peduli walau sang penjagaku sudah lesuh dan tak berdaya, tapi memaksa mereka untuk menjagaku. Dua bulan sudah aku beranjak, aku mulai bisa menatap remang-remang  orang –orang di sekelilingku. Walau masih belum jelas namun tubuh ini semakin bisa merasakan sentuhan orang-orang yang menjagaku, terkadang lembut, terkadang kasar waktu menyetuhku. Tapi itu semua tak kuhiraukan sampai aku benar-benar bisa melihat, waktu itu sosok perkasa mengajakku bermain, wajahnya yang dulu hanya bisa aku rasakan sentuhannya, sekarang aku bisa melihat dengan mata indraku sendiri, yang dulu aku hanya bisa mendengar suaranya dan membuat aku bertanya-tanya, suara siapa ini? Kini aku bisa mengenalinya. Tatapanya begitu tajam dan tangannya begitu kekar wajahnya garang tapi bermakna. Dia selalu memberiku mainan, walau aku tidak begitu mengerti , apa dan untuk apa mainan itu. Dia juga yang membersihkan kotoran yang menempel di badanku tanpa jijik, tanpa menghiraukan kedaan siang atau malam, walau dia seharian menafkahi keluargaku, tetepi sosok bapak masih mengutamakan keluarga. Setelah aku beranjak dewasa, sosok bapak masih sabar menemaniku, menjagaku, merawatku, mendidikku, supaya jadi manusia tangguh. Bapak membantuku menjadi seorang yang perkasa, siap menghadapi tantangan, kau berikan kasih sayangmu secara tulus tampa pamrih, kau peras keringatmu agar keluargamu bisa tetap menatap indahnya dunia, kau tidak malu walau sekelilingmu bicara seperti  gelegarnya halilintar, kau tetap semangat  menerjang badai di hadapanmu, debu yang menempel di tubuhmu tak pernah hilang walau air hujan mengguyur. Bapak kaulah pahlawanku, kaulah pahlawan keluarga, kau satukan kami dengan semangatmu, cintamu tak pernah pudar, walaupun badanmu di telan bumi. Bapak tidak terasa sudah kau meninggalkan aku, waktu berjalan dengan cepat, 12 tahun begitu cepat pergi, tapi semangatmu masih aku rasakan, sentuhanmu masih terasa di dekapku. Bapak  bibir ini selalu melawatkan doa-doa buat mu. Bapak, tidur yang nyenyak di tempat yang indahmu, aku akan menjaga keluarga kita, selalu ingat pesan-pesanmu. Bapak , hidup ini singkat dan kita semua akan seperti yang kau alami. Surga menantimu. Jangan takut soal kami, aku aku akan meneruskan cita-citamu. Rasakan di hatimu secebis kasihku yang kian merinduimu biar kau tiada di mataku tapi kau bersama penciptaku juga penciptamu yang menjanjikan pertemuan mu dengan ku di surga milik Yang satu.  

No comments:

Post a Comment