Sunday, January 29, 2017

AKU LUPA DENGAN NYA

Setiap hari aku bangun di temani hangatnya mentari yang selalu tersenyum manis menyambut cerahnya harapan yang segera datang menghampiriku. Terkadang aku tak sadar betapa besarnya nikmat yang aku dapat. Aku tak pernah sadar, kalau aku hanya titipan dari sang pencipta. Aku tak sadar , berapa rasa syukurku yang aku ucapkan, berapa rasa cintaku pada sang penciptaku. Aku di sibukan oleh aktivitas yang bener-bener menghilangkan ingatanku akan kebesaran sang pencipta. Aku hanya asik dengan mainan-mainan yang di buat manusia, aku kalah dengan keinginan yang tak bisa aku bendung. Aku di butakan dengan keindahan-keindahan semu. Badan ini terasa berat menyebut nama-nama sang pencipta, mulut ini hanya ingin aku gunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, nongkrong berjam-jam, ngobrol tak ada ujungnya, walau waktu berjalan berganti-ganti,tetapi aku asik dengan obrolan-obrolanku. Mataku sering aku buat melihat hal-hal yang di mana aku bisa batasi. Tetapi aku tak mampu menghalang-halangi napsu yang begitu besar sebagai penjaga mataku, pemandangan yang selanyaknya tak aku lihat, aku memaksa untuk melihatnya, ini kenikmatan sementara yang aku rasakan,tapi aku ulangi berulang-ulang  seperti waktu tidak bisa habis. Telingaku sering aku buat mendengarkan berita-berita yang membuatku terus ingin mendengar, tak pantas rasanya telingaku mendengar berita yang masuk ke telingaku,
begitu rusuh omongan-omongan mereka. Kakiku hanya mau berjalan ke tempat ramai dan mengasikkan, pernah aku paksa kakiku menuju jalan yang di mana orang-orang alim jalani. Tapi apa daya kakiku tetap tak mau melangka, tangan-tangan ini hanya bersedia untuk memegang barang-barang yang tak layak aku pegang,tetapi barang –barang ini sungguh membuat tak ada pilihan lagi kecuali memegangnya. Badan ini terlalu lemah untuk melawan nafsu, tubuh ini tak kuasa melawan ajakan mereka. Mulutku tak mampu mengucapkan nama-nama kebesarNYA. Aku seperti hidup dalam bayang-bayang semu, tubuh ini ku paksa untuk mencari kesenangan tidak abadi. Dunia telah memanjakanku dengan kehidupan serba ada , gampang aku raih. Tapi aku lupa semua itu tidak abadi. Aku coba untuk bercermin dengan kaca batinku, mulutku berkata “ apa aku pantas meninggalkan sang pencipta? Apa aku pantas menginjak bumi ini, sedangkan bumi ini milikNYA.aku berusaha perang dengan rasa yang tak pernah aku terima di dalam tubuh ini. Takut untuk kembali ke tanah selalu menghantui pikiranku. Bayang-bayang  amarah sang pencipta tak bisa aku hindari. Apakah tubuh ini kuat menahan amarahNYA? Pikiranku bertanya pada mulut, mata, telinga, tangan, kaki, batinku, tetapi semuanya terdiam, membisu, tak bersuara, tak bergerak dari tempat mereka. Tubuhku lemas tak berdaya bagaikan kain yang kena air, tak bertenaga, layu, hampa, menyesal. Tubuh ini selalu bertanya” apakah kita tidak bisa berubah? Kita ingin perubahan, aku capek dengan keindahan semu, aku capek dengan harapan-harapan palsu, aku capek dengan janji-janji yang tak pernah datang. Aku pingin kehidupan nyata, semua benar tidak bohong dan janji-janji palsu,harapan-harapan kosong. Adakah seberkah harapan  dan jalan menuju kesempurnaan dan keabadian?, kita harus mencari dan terus mencari, jangan pernah berkata” aku kalah” yakinlah sang pencipta ada didekat tubuh yang bersih. Terimakasih atas kempatan waktu anda dalam membaca tulisan ini, apabila ada tulisan-tulisan yang tidak cocok, mohon sudi kiranya di maafkan, semoga tulisan ini bermanfaat, amin3.

No comments:

Post a Comment